Publikasi Terkini :

Blogger news

Home » » Metun Sajau

Metun Sajau

Sabtu, 16 September 2017 06.53

Metun Sajau adalah sebuah desa Dayak di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Bulungan, Kalimantan Utara, Indonesia. Desa ini berada di bagian timur Kabupaten Bulungan, berbatasan langsung dengan Wonomulyo, Jelarai, Pura Sajau, dan Kabupaten Berau, Kalimantan Timur yang mayoritas didiami masyarakat etnis Dayak Kenyah Bakung.

Desa ini secara adiministratif disebut Desa Sajau oleh Pemerintah Kabupaten Bulungan untuk mengumpulkan orang Dayak Punan yang hidup terpencar di hutan, namun tidak lama mereka berkumpul di Desa Sajau mereka kembali berpencar ke hutan sehingga desa Sajau tidak berpenghuni.

Sedangkan masyarakat etnis Bakung urbanisasi ke wilayah tersebut pada tahun 1983, dengan jumlah anggota kurang lebih 700 jiwa, yang kemudian mempopulerkan nama wilayah tersebut sebagai Metun Sajau. Namun secara administratif kepemerintahan masih sebagai desa Sajau karena permintaan Pemerintah Kabupaten Bulungan untuk tidak membuat desa bari tetapi menggunakan administrasi desa yang sudah ada.

Hari ulang tahun Metun Sajau 1 November, dirayakan pertama kali pada tahun 2013 oleh masyarakat Dayak Kenya Bakung.

Kepala desa Sajau pertama kali adalah Amir dari Dayak Punan, menggantikannya adalah Gung Ajang dari Dayak Bakung. Kemudian tahun 1998 pada pemilihan kepala desa selanjutnya, Anye Ajang terpilih menjadi kepada desa ketiga. Selanjutnya terpilih Lifan Usat (1994 - 2011), Heryanto (2012 - 2017), Suto Lahang (Pjs, 2017 - 2019.

Sejalan dengan pemilihan kepala desa, masyarakat Metun Sajau juga masih menganut sistem adat dengan dipimpin kepala adat,―dalam sistem pemerintahan desa tidak terlalu dominan―sebagai lambang upaya melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan adat-istiadat lokal. Sejak masyarakat etnis Bakung mendiami Metun Sajau, tercatat pernah menjadi kepala adat Pegung Ajang, Lifan Usat sekarang.

Sejarah

Masyarakat etnis Bakung―(lihat Lahang, et al. 2000)1―berasal dari desa Telang Usan, Malaysia, yang melakukan perjalanan masuk ke pedalaman Kalimantan bagian Indonesia ke daerah Sungai Iwan (Malinanu, Kalimantan Utara). Untuk beberapa tahun lamanya, masyarakat etnis Bakung terus berpindah, sehingga sempat mendiami atau mendirikan beberapa desa sepanjang Sungai Iwan kemudian Sungai Kayan, demikian juga selama itu mereka tersebar ke beberapa daerah membentuk desa masing-masing sebarannya.

Masuknya etnis Bakung ke wilayah yang alhasil dikenal desa Metun Sajau dipimpin oleh  Gung Ajang dan Lifan Usat tahun 1983. Anggota masyarakat yang bergabung dalam kelompok perjalanan berasal dari dua desa yaitu, Long Metun dan Sungai Anai. Harapan urbanisasi mereka adalah untuk mendekati daerah perkotaan (Tanjung Selor) agar mudah memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pendidikan formal, dan pelayanan kesehatan.

Masyarakat yang berasal di Long Metun dan Sungai Anai selama dalam perjalanan didampingi dua orang tokoh Kristen (Ev. Obed Ingan dan Pdt. Binyamin Njau). Bagi masyarakat pada saat itu, kedua tokoh ini sangat penting. Mereka melewati rute yang buruk, jauh, dengan melalui jalur darat (berjalan kaki) dan jalur air (berperahu). Jalur darat yang dilalui masih berupa hutan rimba dan gunung. Sedangkan jalur air terdapat banyak giram kecil maupun besar, seringkali mereka harus meninggalkan beberapa barang, bahkan perahu karena tak mampu melewati giram Sungai Bahau dan Sungai Kayan.
 
Waktu perjalanan menuju Metun Sajau mencapai tiga bulan (2 Agustus – November 1983) tanpa hambatan berat yang berarti, bahkan dikatakan, masyarakat sangat bahagia sepanjang perjalanan dimana nilai kepercayaan mereka terus tumbuh. Saat itu mayoritas masyarakat etnis Bakung menganut agama Kristen. Sepanjang perjalan, setiap hari Minggu mereka mendirikan perkemahan untuk mengadakan kebaktian. Juga dikatakan, beberapa anak lahir semasa perjalanan menuju Metun Sajau.

Oleh, Robert
YOU MIGHT ALSO LIKE

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Koleng 2013 | Design by Robert Usat | Published by Koleng Sajau | Powered by Blogger.com